SAMARINDA – Koordinator Rembuk Pemuda Kalimantan Timur, Agung Syahrir, menyebut perjalanan Rahayu Saraswati Dhirakanya Djojohadikusumo atau yang akrab dipanggil Kak Sarah, sebagai teladan bagaimana privilege bukan penghalang untuk tetap berjuang lewat aktivisme sosial.
Menurut Agung, meskipun lahir dari keluarga besar yang mapan, Kak Sarah justru memilih jalannya sendiri untuk terjun dalam kerja-kerja sosial, pemberdayaan perempuan, hingga advokasi kemanusiaan.
“Kak Sarah membuktikan bahwa privilege tidak serta-merta membuat orang lupa daratan. Justru dengan bekal itu, beliau memutuskan untuk memberi kontribusi nyata bagi masyarakat,” ujar Agung, Sabtu (13/9/2025).
Agung yang juga pernah menjabat Presiden Mahasiswa Universitas Balikpapan periode 2021–2022 dan Koordinator Nusantara BEMNus Kalimantan ini menegaskan, kiprah Kak Sarah menunjukkan bahwa aktivisme adalah jalan yang bisa ditempuh siapa saja, termasuk mereka yang punya kemudahan hidup.
“Yang membuat beliau berbeda adalah konsistensinya. Ia tidak sekadar hadir di ruang politik, tapi juga turun ke akar rumput, memperjuangkan suara mereka yang lemah. Itu esensi aktivisme yang patut diteladani,” terangnya.
Agung menilai, generasi muda bisa belajar dari cara Kak Sarah menyalurkan posisinya menjadi daya dorong perubahan.
“Banyak orang muda terjebak pada narasi privilege hanya untuk gaya hidup. Kak Sarah justru mengubahnya menjadi alat perjuangan. Itu inspirasi yang harus kita teruskan,” tegasnya.
Bagi Agung, pengalaman Kak Sarah adalah bukti bahwa kepedulian sosial bukan soal asal-usul, melainkan tentang pilihan.
“Privilege itu bisa hilang makna kalau tidak dipakai untuk orang banyak. Kak Sarah memilih jalan sulit: berjuang, membela, dan mengabdi. Itu yang membuat beliau istimewa,” tutupnya. (*)








