K3 BAPELKES : MENJAMIN KEAMANAN PEGAWAI MENINGKATKAN KUALITAS PELATIHAN

OPINI NUR ASIYAH

 

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan elemen penting yang perlu diperhatikan di setiap lembaga, termasuk Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes). Sebagai institusi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang kesehatan, Bapelkes diharapkan untuk tidak hanya mengadakan pelatihan berkualitas, tetapi juga memastikan bahwa pegawai dan peserta pelatihan tetap aman dan sehat. Tanpa penerapan K3 yang efektif, proses pembelajaran dapat terganggu, bahkan berisiko menimbulkan kecelakaan atau penyakit akibat pekerjaan.

Penerapan K3 di Bapelkes memberikan dua manfaat: pertama, sebagai perlindungan bagi pegawai agar dapatbekerja dalam kondisi aman; kedua, sebagai faktor yang mendukung peningkatan kualitas pelatihan. Dengan demikian, K3 bukan hanya sekedar kewajiban administratif, melainkan juga alat strategis untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kerja dan belajar.

K3 Menjamin Keamanan Pegawai, Pegawai di Bapelkes berasal dari berbagai profesi, mulaidari staf administrasi, instruktur pelatihan, hingga tenaga teknis lapangan. Masing-masing profesi memiliki risikokerja yang berbeda-beda. Misalnya, pegawai administrasi berisiko mengalami masalah ergonomi akibat posisi duduk yang tidak tepat, sementara instruktur lapangan mungkin menghadapi bahaya cedera saat melakukan simulasi bencana atau pelatihan pertolongan pertama.

K3 berfungsi sebagai sistem perlindungan untuk mengurangi risiko tersebut. Beberapa langkah nyataseperti pemeriksaan kesehatan berkala, penyediaan alat pelindung diri (APD), edukasi tentang ergonomi, serta pelatihan tanggap darurat merupakan upaya konkret untuk menjamin keselamatan pegawai. Selain itu, penerapan standar operasional prosedur (SOP) yang berlandaskanK3 juga membantu menciptakan disiplin kerja yang lebih aman.

Keamanan pegawai bukan hanya tentang terhindar dari cedera, melainkan juga mencakup rasa nyaman dan tenang saat bekerja. Pegawai yang merasa aman akan lebih mampu berfokus, produktif, dan berkontribusi maksimal terhadap tujuan Bapelkes. Hal ini pada akhirnyaakan berpengaruh positif terhadap efektivitas lembagadalam menjalankan program pelatihan.

K3 dan Peningkatan Kualitas Pelatihan, Di samping melindungi pegawai, pelaksanaan K3 juga berkontribusi besar terhadap kualitas pelatihan di Bapelkes. Peserta pelatihan cenderung merasa lebih percaya dan nyaman ketika mengikuti program yang aman dan terjamin. Sebaliknya, jika keselamatan diabaikan, pelatihan dapat berisiko menciptakan kecelakaan yang merugikan para peserta.

Sebagai contoh, pada pelatihan Basic Life Support (BLS), penggunaan manekin harus dilengkapi dengan prosedur kebersihan dan penggunaan APD yang tepat agar pesertatidak terpapar risiko infeksi. Begitu pula dalam pelatihan di lapangan, seperti simulasi kebakaran atau bencana, prosedur K3 harus dipatuhi guna mencegah cedera. Jadi, K3 tidak hanya berfungsi untuk menjaga keselamatan tetapi juga memastikan pelatihan berlangsung secara profesional.

Lebih dari itu, penerapan K3 juga memberikan citra positifbagi Bapelkes. Peserta akan melihat lembaga ini tidakhanya fokus pada transfer pengetahuan, tetapi juga peduliakan keselamatan dan kenyamanan. Dampaknya, kepercayaan publik terhadap Bapelkes akan meningkat, sekaligus memperkuat reputasinya sebagai lembaga pelatihan kesehatan yang dapat diandalkan.

Tantangan Implementasi K3 di Bapelkes, Meskipun manfaat K3 sangat jelas, pelaksanaannya sering kali dihadapkan pada beberapatantangan.Keterbatasan Anggaran, sumber daya untuk penyediaan APD, pelatihan K3, dan fasilitas keselamatan biasanya sangat terbatas. Hal ini menyebabkan penerapan K3 tidak selalu dapat dilaksanakan secara optimal.

Kurangnya Kesadaran Pegawai, Beberapa pegawai mungkin masih merasakan bahwa prosedur K3 itu merepotkan. Misalnya, mereka engganmenggunakan APD karena dianggap mengganggu kenyamanan saat bekerja.

Minimnya SDM Ahli K3, Tidak semua Bapelkes dilengkapi dengan tenaga ahli K3 yang mampu melakukan pengawasan, evaluasi, serta pengembangan program secara terstruktur.

Budaya Kerja Belum Berbasis K3, Di beberapa tempat keselamatan sering kali diprioritaskan lebih rendah dibandingkan dengankecepatan atau efisiensi. Budaya semacam ini menghambat pembiasaan perilaku aman.

Strategi Penguatan K3 di Bapelkes, Agar K3 bisa menjadi bagian dari budaya organisasi dan membantu meningkatkan kualitas pelatihan, beberapa langkah strategis perlu diterapkan, antara lain:

Integrasi K3 dalam SOP Pelatihan, Setiap aktivitas pelatihan harus memiliki panduan K3 yang jelas, mulai dari pengaturan ruangan, penggunaan alatpelindung diri, hingga prosedur untuk evakuasi.

Peningkatan Kapasitas SDM, Staf dan pengajar perlu mendapatkan pelatihan K3 secararutin, baik secara teori maupun praktik, seperti penggunaan alat pemadam api ringan atau simulasievakuasi.

Penyediaan Sarana Prasarana K3 Jalur evakuasi, kotak pertolongan pertama, serta alatpemadam kebakaran harus ada dan dalam kondisi baik.

Audit dan Evaluasi Berkala, Pemeriksaan secara teratur terhadap penerapan K3 diperlukan untuk mengidentifikasi kekurangan dan merencanakan perbaikan berkelanjutan.

Penguatan Budaya K3, K3 seharusnya dianggap sebagai bagian dari nilai-nilai organisasi, bukan hanya sekadar tanggungjawab. Kampanye internal dan contoh dari para pemimpin sangat penting dalam menciptakan budayaini.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *